Friday, April 4, 2008

Negeri Eksotik di Ujung Barat Dunia Islam

Bercerita tentang Maroko? Iya, itulah yang diminta Sahabat MN.Harisuddin (Pimred Majalah Khittah) setelah enam tahun Aku belajar Islam di negeri itu.

Aku masih ingat, Januari 2001, Menteri Agama RI ketika itu, Bpk. M. Tolchah Hasan bercerita bahwa Maroko adalah negeri eksotis. Negeri yang lengkap. Negeri yang pemahaman Islam penduduknya mendalam, bukan melebar (seperti di negeri kita). Negeri yang mengadopsi sistem pendidikan Perancis dengan tetap mempertahankan akar panjang tradisi intelektual Islamnya. Negeri polyglotte, yang penduduknya setidaknya berbicara dua bahasa asing (paling banyak: Perancis-Spanyol) disamping bahasa asli, Amazig dan Arab. Negeri yang menganut fiqh Maliki. Maka pesan Pak Tolchah kepada kami yang hendak belajar Islam (S2) di Maroko ketika itu, “pelajarilah Fiqh Maliki-nya dan kuasai Bahasa Perancis-nya”.

Benar saja. 14 Januari 2001, kami (9 orang mahasiswa utusan Depag RI) menginjakkan kaki di Bandara Muhammad V Casablanca, Maroko. ‘Celana monyet’ (celana panjang penahan dingin) dan jaket tebal yang memang sudah kami siapkan sejak dari Jakarta, tidak sanggup menahan hawa dingin yang menusuk. Januari memang masih puncak musim dingin di negeri ini. Inilah hal baru pertama yang Aku hadapi begitu sampai di Maroko. Bertarung melawan dingin. Aku yang terbiasa kepanasan saat belajar di Sukorejo Situbondo, harus mengakrabi hawa yang kontras kini.

Sebagaimana negeri-negeri di Eropa, Maroko memang mengenal empat musim: dingin, semi, panas dan gugur. Yang paling berat bagiku, tentu saja musim dingin. Ihhhhh.... dingin dimana-mana. Bahkan di Kota Ifran, musim dingin berarti musim salju. Di Oukemeden, Marrakech, malah ada gunung salju abadi. Tapi meski berat, kalau sedang mengunjungi tempat wisata salju, jadi asyik saja. Suasananya romantis: putih. Kita bisa saling lempar salju atau berguling-guling di salju sambil menggigil kedinginan...

Pagi itu, mobil Camion putih milik KBRI Rabat sudah menunggu untuk mengangkut kami ke Rabat, Ibu Kota Maroko. Jarak tempuh yang satu jam setengah tidak terasa lama karena Aku asyik mengamati sepanjang jalan dari Bandara Casablanca ke Rabat. Warna dominan hijau menghiasi sepanjang tepi jalan. Belakangan Aku tahu, kalau komoditas utama Maroko adalah pertanian dan perkebunan. Hampir sepanjang tahun, penduduk Maroko menggarap pertanian dan perkebunan yang berproduksi sesuai musim. Buah-buahan misalnya: jeruk di musim dingin dan melon atau semangka di musim panas.

Melewati Februari, seperti negeri yang disulap, Maroko berubah indah-berseri. Ada bunga dimana-mana. Suatu ketika Aku pernah kembali dari Arab Saudi di awal Maret. Menjelang pesawat landing adalah saat-saat yang betul-betul tidak boleh dilewatkan. Tanah di Maroko berubah bak dilapisi permadani yang berwarna-warni. Bunga-bunga yang sedang bersemi itu bagaikan bidadari cantik yang tak henti mengumbar senyum. Kalau kita melintas di sepanjang jalan tol pun, kiri-kanan jalan dipenuhi bunga-bunga yang sedang mekar. Hati pun ikut berbunga-bunga di musim semi.

Ketika musim panas tiba, warga Maroko berubah penuh vitalitas. Musim panas adalah musim libur sekolah. Lebih dari sebulan mereka menikmati liburan musim panas. Pantai-pantai dipenuhi orang dari segala usia; dari sepanjang pantai Laut Altantik di selatan dan sepanjang pantai Laut Tengah di utara. Dari Casablanca sampai Tetouan, masyarakat Maroko sangat antusias berlibur ke pantai. “Yalla, Namsyi ‘lbhr (ayo ke pantai!)”, kata mereka selalu saat kita bertemu di musim panas.

Aku dan beberapa kawan yang kuliah di utara, Kota Tetouan, ikut menikmati wisata Pantai Martil, Tres Pedras atau Cabo Negro di pinggiran Laut Tengah (Mediterania). Kawasan wisata pantai laut tengah ini menjadi wisata primadona warga Maroko di Eropa yang di musim panas ramai-ramai mudik ke kampung halamannya. Pokoknya, belajar jadi agak susah di musim panas. Banyak godaan. Gadis-gadis Maroko daerah utara yang berciri khas campuran Arab-Eropa dengan kulit putih bersemu merah itu... Alamaaak, begitu menggoda!

Naik sedikit dari Tetouan, ke kota Tanger, kita akan menemukan tempat pertemuan Laut Tengah dengan Laut Atlantik yang disebut “multaqal bahrain”. Konon tempat inilah yang disebut dalam al-Qur’an, Surat al-Kahfi sebagai tempat bertemunya Nabi Musa dan Orang Shaleh yang banyak orang menyebutnya Nabi Khidir. Katanya, air di lokasi pertemuan dua laut itu masih tetap tawar sampai di kedalaman laut.

Di selatan, Maroko memiliki padang pasir yang indah dan menjadi perhatian dunia. Tentu kita pernah mendengar “Rally Paris-Dakar”. Daerah padang pasir Maroko menjadi rute yang juga dilalui rally kelas dunia yang menempuh rute dari Paris (Perancis) ke Dakar (Senegal) itu. Wilayah Maroko yang berdekatan dengan Mauritania dan Senegal ini juga mengundang perhatian insan film dunia. Di Warzazat, ada studio alam berlatar padang pasir yang pernah menjadi lokasi pembuatan beberapa film Hollywood. Yang paling spektakuler adalah Film Gladiator yang berhasil menyabet beberapa Piala Oscar. Daerah ini juga menjadi perhatian PBB karena Sahara Barat masih menjadi wilayah sengketa tiga pihak: Maroko yang bersiteguh wilayah ini masih bagian tak terpisahkan darinya, Kelompok Pro Kemerdekaan Sahara Barat dan Aljazair yang mendukung inisiatif kelompok ini.

Segala pernak-pernik kehidupan padang pasir ada disini. Masyarakatnya yang berkulit coklat kehitaman, gadis-gadisnya yang hitam manis, pakaian jubah khas padang pasir, unta dan rumah-rumah dari tanah menjadi daya tarik kawasan ini. Banyak film-film dan sinetron Arab –baik yang berlatar sejarah maupun percintaan kontemporer-- yang dilahirkan di lokasi ini.

Betul kata Pak Tolchah. Maroko memang negeri eksotis yang lengkap. Di sini ada tanah subur dengan pohon-pohon zaitun yang hijau tetapi juga ada padang pasir yang memancarkan panorama siluet coklat keemasan. Di sini ada masyarakat laut tengah dengan segala anugerah alam dan warisan pertemuan peradaban Mediterania yang punya akar sejarah panjang, tetapi juga ada masyarakat dengan pengaruh Atlantik yang bermukim dari tengah ke selatan Maroko. Di sini ada gadis-gadis berkulit putih kemerahan peninggalan sejarah Andalusia, tetapi ada juga gadis-gadis hitam manis anak-anak padang sahara.

Maroko memang negeri eksotis yang lengkap....

Plambik, 20 Maret 2007

4 comments:

zakiya_85 said...

duh...indah banget..
aq punya mimpi untuk ngelanjutin s2 di timur tengah tuk lebih mempelajari islam lebih dari yang skr..tapi lom dapet jalan keluar ni k
kasih aq saran donk,so..apa aja yang perlu di persiapkan agar dapat meraih beasiswa spt kk,
aq mahasiswi UIN JKT fak adab jur sastra arab,n sekarang aq lag skripzi,insya Allah sebentar lagi lulus,
belajar ke timur tengah itu mimpi terbesar aq,jadi aq lagi berusaha tuk mewujudkannya,tolong aq y k,info2 dari kk akan jadi kontribusi yang sangat berharga wat aq,aq tunggu y di,,, nieza_asy@yahoo.co.id.mksh bgt...jazakallah.

Dedy W. Sanusi said...

Salam. Zakiya; peluang belajar s2 di negara-negara berbahasa arab terbuka lebar asal zakiya serius mencari dan mempersiapkan diri. Di DEPAG RI c/q Direktorat Perguruan Tinggi Islam banyak tersedia informasi beasisa ke timteng. Selamat berburu ya...

rangga said...

Mas, boleh tau alamat YMnya ga? atau add aku aja di anto4783@yahoo.com.. Rencana bulan februari Aku mau ke maroko atau mesir, msh bingung. Mohon sarannya, trims.

aminudin ende said...

salam mas dedy..
ana lulusan sebuah pesantren terkenal di jatim..
ana pengen banget ngelanjutin S1 ke maroko..
tapi g tau harus lewat mana.
mohon saran dan bantuan mas dedy.
jazakallah kheir.

email ana: ende0407@yahoo.com